Pada jaman dulu ana seorang pemuda yang sakti bernama Ajisaka. Ia ingin menjadi seorang pendeta (hindhu) yang kaya akan ilmu. Walaupun masih muda tetapi ia senang berguru mencari ilmu kemana-mana dan mengajarkan kepada semua orang. Ajisaka mendengar bahwa di tanah Jawa, sudah banyak orangnya. Orang jawa senang bekerja dan senang mencari ilmu. Ajisaka ingin datang ke tanah Jawa, untuk mengajarkan ilmunya ke tanah Jawa.
Kemudian Ajisaka pergi ke tanah Jawa dengan di antar oleh dua abdinya yaitu Dora, Sembada, Duga dan Prayoga. Sesampai di pulau Majeti mereka semuanya beristirahat. Ketika akan berangkat melanjutkan perjalanan Ajisaka berpesan kepada Dora dan Sembada, “kamu berdua tinggallah di sini terlebih dahulu, tetapi Duga dan Prayoga ikut aku ke tanah jawa. Selain itu pusaka keris ini saya tinggal. Saya berpesan jangan sekali-kali pusaka ini kamu berikan kepada orang lain selain aku sendiri yang mengambilnya”.
Sesudah tiga bulan berada di tanah Jawa, Ajisaka ingin mengambil keris pusakanya. Duga dan Prayogo di perintahkan untuk mengambil pusaka di Majeti. Sesampai di Majeti, ternyata Dora dan Sembada tidak mau memberikankan kepada Duga dan Prayoga, karena mereka tidak ingin melanggar pesan dari Ajisaka. Duga dan Prayoga merasa dipercaya mengambil keris. Akhirnya terjadilah peperangan di antara mereka yang sangat sengit dan ramai. Sampai semuanya terluka, dan saling membunuh. Mereka semua akhirnya mati, semuanya merasa benar.
Ajisaka menyesali akan kesalahannya. Sehingga untuk mengingat-ingat kejadian tersebut di buatlah urutan aksara Jawa.
Ha na ca ra ka artinya ana utusan
Da ta sa wa la artinya Padha pasulayan
Pa da ja ja ya nya artinya Padha digdayane
Ma ga ba ta nga artinya Wusanane kabeh mati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar